Minggu, 06 Desember 2009

Sarang Al Qaeda

http://www.kompas.com/data/photo/2009/12/07/3605773p.jpg

JAKARTA - Ledakan dahsyat di sebuah hotel di Mogadishu, ibu kota Somalia, Kamis (3/12), menguak kembali kekhawatiran soal koordinasi antara kelompok radikal dalam negeri dan Al Qaeda.

Presiden Somalia Sheikh Sharif Ahmed menuduh kekuatan asing berada di balik ledakan tersebut meskipun tidak menyebut langsung Al Qaeda. PM Somalia Muhammad Ali Samatar menegaskan, Somalia butuh strategi seperti yang dilakukan AS di Afganistan saat ini.

AS mulai memberikan perhatian untuk melawan terorisme di Benua Afrika setelah peristiwa 11 September 2001. Upaya AS itu difokuskan ke wilayah yang mengalami kekosongan keamanan seperti Somalia menyusul jatuhnya pemerintahan Presiden Siad Barre tahun 1991.

Kapal perang AS mulai mengadakan patroli di sepanjang pesisir Somalia, akhir 2001, bersamaan dengan invasi AS ke Afganistan. Pesawat-pesawat pengintai tanpa awak milik AS sering terbang di udara Somalia. AS khawatir para pemimpin Al Qaeda dan Taliban telah lari dari Afganistan menuju Somalia.

AS lalu membangun pangkalan militer permanen di Djibouti pada 2002 untuk bisa mengontrol Benua Afrika, khususnya Afrika Timur, serta Jazeera al- Arab, terutama Yaman. AS menempatkan 1.900 tentara di pangkalan Djibouti itu.

AS juga melakukan intervensi tidak langsung dalam sejumlah konflik di Afrika, terutama di Somalia, dengan dalih melawan teroris. Perhatian besar AS atas Somalia itu disebabkan kuatnya kelompok radikal di Somalia.

AS sering menuduh kelompok radikal itu bekerja sama dengan Al Qaeda dalam aksi melawan keberadaan AS di Somalia (1992-1994) serta serangan bom di Kedutaan Besar AS di Nairobi (Kenya) dan Dar Es Salaam (Tanzania) pada 1998.

AS makin memberikan perhatian atas Somalia menyusul munculnya Persatuan Pengadilan Islam pada 2004. AS saat itu menuduh Persatuan Pengadilan Islam melindungi teroris yang terlibat dalam pengeboman di Nairobi dan Dar Es Salaam, seperti Abu Talhah al-Sudani, Fadhal Abdullah Muhammad, dan Saleh Ali Saleh al-Nabhan.

Loyalis

AS lalu mendirikan Koalisi Mengembalikan Perdamaian dan Melawan Teroris pada 18 Februari 2006 yang beranggotakan tokoh-tokoh Somalia loyalis Barat. Misinya, melawan Persatuan Pengadilan Islam yang kuat, bahkan menguasai Mogadishu sejak 5 Juni 2006.

AS lalu membentuk Kelompok Koordinator Internasional Menyangkut Somalia yang beranggotakan sejumlah negara Eropa dan Afrika. Kelompok ini mendukung invasi Etiopia ke Somalia pada Desember 2006 untuk mendongkel kekuasaan Persatuan Pengadilan Islam di Mogadishu.

AS mengisyaratkan peran Al Qaeda di balik maraknya aksi perompakan di lepas pantai Somalia dan Teluk Aden dalam dua tahun terakhir ini. Dinas intelijen Norwegia pernah mensinyalir, Al Qaeda dan Shabab Mujahidin kini memiliki 15-23 kapal berbendera Somalia dan Yaman yang digunakan untuk merompak.(kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar